Kata sedekah sangatlah tidak asing terdengar di telinga kita. Sangat familiar. Namun, apakah kita sudah mengamalkannya?

Sedekah tak hanya berarti menyumbangkan harta. Namun, hal itu mencakup semua perbuatan baik. Apakah kita harus menunggu diri kita mampu dulu baru bisa bersedekah? Jawabannya tentu tidak.

Tak perlu mengunggu punya harta berlebih untuk bisa bersedekah. Tidak harus hidup berkecukupan dulu baru mau beramal.

Tanpa sadar, kebanyakan dari kita pernah bersedekah. Senyuman misalnya.

“Senyummu di hadapan saudaramu (sesama muslim) adalah (bernilai) sedekah bagimu.“ (Hadits Riwayat At Tirmidzi No. 1956, Ibnu Hibban No. 474 dan 529, dll).

Harta yang kita dapatkan tentu semuanya bukanlah seratus persen milik kita. Ada sebagian yang menjadi hak orang lain.

“Dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu.

Bagi orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang

tidak mau meminta)”. (QS. Al-Ma’arij : 24-25)

Meskipun kita memberikan sebagian kecil hal yang kita miliki pada orang yang berhak menerimanya, kita tidak akan merugi atau kehilangan harta yang kita miliki.

“Tidaklah sedekah itu mengurangi harta dan tidaklah pemberian maaf itu kecuali ditambah kemuliaan oleh Allah dan tidaklah seseorang tawadhu karena Allah, kecuali Dia akan mengangkat derajatnya.” (HR Muslim).

Jangan lupa, seberapapun hasil yang kita dapat, sedikit hal yang kita sumbangkan, semoga menjadi manfaat untuk orang lain dan kebaikan bagi diri kita sendiri. (NSA)